Social Return on Investment (SROI) adalah kerangka kerja untuk mengukur dan memahami nilai sosial yang dihasilkan oleh suatu proyek, program, atau organisasi. SROI memperluas konsep Return on Investment (ROI) dengan memasukkan nilai sosial, lingkungan, dan ekonomi, baik yang berwujud maupun tidak berwujud.
Cara Menghitung SROI
Proses perhitungan SROI melibatkan beberapa langkah berikut:
1. Identifikasi Stakeholders
- Identifikasi kelompok atau individu yang dipengaruhi oleh aktivitas proyek/program.
- Libatkan mereka dalam proses pengumpulan data.
2. Memetakan Outcome
- Tentukan input (sumber daya yang diinvestasikan), aktivitas (apa yang dilakukan), output (hasil langsung), dan outcome (perubahan yang terjadi).
3. Pengukuran dan Penilaian
- Kuantifikasi outcome menggunakan indikator yang relevan.
- Tetapkan nilai moneter pada outcome berdasarkan metode valuasi, seperti willingness-to-pay atau data pasar.
4. Attribusi dan Pengurangan
- Attribusi: Identifikasi bagian hasil yang benar-benar disebabkan oleh intervensi proyek.
- Deadweight: Kurangi hasil yang akan terjadi tanpa intervensi.
- Displacement: Kurangi hasil yang mungkin memindahkan dampak dari satu area ke area lain.
5. Perhitungan SROI
- Rumus dasar:
- Jika hasilnya, misalnya, 3:1, maka setiap Rp1 yang diinvestasikan menghasilkan manfaat sosial senilai Rp3.
6. Verifikasi dan Pelaporan
- Validasi hasil dengan stakeholder.
- Susun laporan yang transparan, menyajikan asumsi, dan memberikan narasi hasil.
Contoh Laporan SROI
Judul: Analisis Social Return on Investment pada Program Pendidikan Kejuruan Tahun 2024
Ringkasan Eksekutif
Laporan ini menganalisis nilai sosial dari program pendidikan kejuruan untuk siswa putus sekolah. Dengan investasi sebesar Rp500 juta, program ini menghasilkan dampak sosial senilai Rp1,500 juta dalam satu tahun, memberikan rasio SROI sebesar 3:1.
Latar Belakang
Program bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa agar siap kerja melalui pelatihan intensif selama 6 bulan.
Proses Analisis
- Stakeholders: Siswa, keluarga mereka, pengusaha lokal, pemerintah.
- Input: Investasi dari donatur dan pemerintah.
- Outcome:
- 50 siswa mendapatkan pekerjaan (nilai: Rp1,000 juta).
- Peningkatan penghasilan keluarga siswa (nilai: Rp300 juta).
- Pengurangan beban sosial pemerintah (nilai: Rp200 juta).
Perhitungan
- Total Benefit: Rp1,500 juta
- Total Investment: Rp500 juta
- SROI Ratio:
Kesimpulan
Investasi dalam pendidikan kejuruan ini menghasilkan nilai sosial tiga kali lipat dari biaya yang diinvestasikan. Program ini direkomendasikan untuk direplikasi.
Lampiran
- Detail asumsi valuasi outcome.
- Indikator pengukuran.
- Feedback dari stakeholder.
Mapping Outcame
1. Memetakan Outcome
Outcome adalah perubahan yang terjadi sebagai hasil dari aktivitas proyek, baik yang diinginkan maupun tidak diinginkan, positif atau negatif. Untuk memetakannya, gunakan langkah berikut:
Langkah-Langkah:
- Identifikasi Aktivitas:
- Daftar apa saja yang dilakukan dalam proyek.
- Output:
- Hasil langsung dari aktivitas. Misalnya, jumlah peserta yang dilatih.
- Outcome:
- Perubahan atau manfaat yang dialami oleh stakeholder. Misalnya, peningkatan keterampilan atau penghasilan.
Contoh Studi Kasus: Program Pelatihan Digital Marketing untuk UMKM
- Aktivitas: Memberikan pelatihan 3 bulan tentang digital marketing kepada 100 pelaku UMKM.
- Output: 90 peserta menyelesaikan pelatihan.
- Outcome:
- 70 peserta meningkatkan penjualan online (peningkatan rata-rata 20%).
- 30 peserta membuka lapangan kerja baru dengan merekrut karyawan.
- 10 peserta meningkatkan skala usaha dari lokal ke nasional.
2. Melakukan Pengukuran dan Penilaian
Mengukur outcome memerlukan indikator yang dapat memberikan gambaran kuantitatif atau kualitatif atas perubahan yang terjadi. Setelah itu, nilai outcome dalam bentuk moneter.
Langkah-Langkah:
- Pilih Indikator
- Setiap outcome harus memiliki indikator yang terukur.
- Contoh:
- Outcome: "Peningkatan penjualan."
- Indikator: "Persentase kenaikan omset."
- Kumpulkan Data
- Gunakan survei, wawancara, atau data keuangan.
- Tetapkan Nilai Moneter
- Gunakan pendekatan seperti:
- Data pasar: Misalnya, nilai rata-rata kenaikan penjualan.
- Proxy: Menggunakan nilai sebanding dari studi lain.
- Gunakan pendekatan seperti:
Contoh pada Studi Kasus
Outcome 1: Peningkatan penjualan online oleh 70 peserta.
- Indikator: Persentase kenaikan omset bulanan.
- Data: Omset rata-rata sebelum pelatihan = Rp10 juta/bulan; setelah pelatihan = Rp12 juta/bulan.
- Nilai Moneter: = Rp1,680 juta/tahun.
Outcome 2: 30 peserta merekrut karyawan baru.
- Indikator: Jumlah karyawan baru yang direkrut.
- Data: 30 peserta merekrut 2 karyawan dengan gaji rata-rata Rp2 juta/bulan.
- Nilai Moneter: = Rp1,440 juta/tahun.
Outcome 3: 10 peserta meningkatkan skala usaha.
- Indikator: Pendapatan tambahan dari perluasan pasar.
- Data: Tambahan pendapatan rata-rata Rp50 juta/tahun per peserta.
- Nilai Moneter: = Rp500 juta/tahun.
Hasil Pengukuran
Total outcome dalam bentuk nilai moneter:
Catatan: Lakukan pengurangan seperti deadweight (hasil tanpa proyek), displacement (efek pengalihan), atau attribution (dampak dari faktor lain).
Kesimpulan
- SROI Ratio: .
- Jika investasi total proyek adalah Rp1,200 juta, maka:
- Artinya, setiap Rp1 yang diinvestasikan menghasilkan dampak sosial senilai Rp3,02.
No comments:
Post a Comment